Rahasia Embusan Angin
Embusan angin di waktu fajar akan menceritakan rahasia kepadamuJanganlah tidur kembaliMintalah apa yang sungguh-sungguh kau inginkanJanganlah tidur kembaliOrang-orang pergi dan kembali melalui ambang pintutempat dua dunia bersinggunganPintu itu terbuka lebarJanganlah tidur kembali.
Kepedihan ada bukan untuk dihindari.Jangan lari karena dia akan menghantui.Biarkan dia datang, seperti datangnyagelap malam setelah terangnya siang.Kepedihan ada untuk dihadapi,dengan jiwa jantan dan besar hati.
Seorang perempuan yang sangat piawai bermain piano selalu iri dan ingin seperti kakaknya yang rupawan. Dia tidak pernah melihat bahwa kakaknya sama sekali tidak bisa bermain piano. Yang ada dalam benaknya adalah menjadi secantik kakaknya. Pergi ke sebuah tempat dimana dia berubah menjadi secantik bidadari. Pergi jauh meninggalkan keluarganya untuk sebuah impian. Pergi jauh meninggalkan semuanya untuk sebuah keinginan. Pergi jauh dan tak akan kembali.
kisah yang sebenarnya datang bagi Gypsy ketika saudara sepupunya Woodrow -- yang juga anak tunggal Bibi Belle -- pindah ke rumah kakek yang terletak di samping rumah Gypsy. Woodrow sengaja diajak pindah oleh kakek dan neneknya setelah melihat sepeninggal Belle, ayah Woodrow sering mabuk. Sebuah lingkungan yang tidak baik buat perkembangan seorang anak.Satu hal yang sangat mengherankan Gypsy adalah Woodrow tidak gelisah karena kehilangan ibunya. Anak itu tenang-tenang saja seolah-olah tahu bahwa Ibunya baik-baik saja. Padahal Gypsy sendiri tidak bisa melupakan kematian ayahnya – yang membuatnya kini hidup dengan seorang ayah tiri. Seorang ayah tiri yang baik namun belum bisa diterima Gypsy sebagai ayah barunya.Woodrow adalah seorang anak-laki-laki dengan baju kedodoran dan topi kebesaran. Mata Woodrow yang mengalami kelainan kadang menjadi bahan ejekan. Namun Woodrow adalah seorang anak yang positif dan pandai bercerita. Kehilangan Ibunya juga bukan merupakan hal yang terlalu buruk bagi dirinya. Bagian buruknya justru dari pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang yang ingin tahu kisah tentang kepergian Ibunya. Woodrow juga cukup tabah menerima keberadaan dirinya yang tidak semenawan Gypsy. Kedua saudara sepupu itu berteman baik, dan bersama menjalani kehidupan sekolah dan keseharian di kota kecil dekat area pertambangan batubara.
Gypsy adalah seorang anak perempuan menawan dengan rambut panjang keemasan. Satu hal yang sangat menjengkelkan bagi anak periang itu adalah rambut panjang-nya mengharuskannya dirinya merawat dengan hati-hati dan rumit. Dua kali seminggu dia harus mencuci rambutnya dan akan memakan waktu lama untuk mengeringkannya. Ibunya selalu menolak untuk memotong rambut, karena menurut si Ibu, membiarkan rambut Gypsy panjang dan menawan adalah pesan mendiang ayah Gypsy. Namun anak itu menganggap dirinya seperti tenggelam dalam bayang-bayang rambutnya yang selalu dikagumi orang-orang di sekitarnya.Seperti halnya Woodrow, Gypsy juga suka bercerita. Cerita lelucon favorit Gypsy adalah lelucon tentang bola mata, yang juga diceritakannya pada Woodrow.
“Ada seorang lelaki,” kataku. “Ia masuk ke tempat minum, lalu bilang kepada pemilik bar, “Taruhan segelas bir gratis, aku bisa menggigit bola mata kiriku.”Pemilik bar tertawa saja. Katanya, ‘Mana ada orang yang bisa menggigit bola matanya sendiri. Ok deh, taruhan.’“Lelaki itu mengeluarkan bola mata kirinya, lalu menggigitnya, dan mengembalikannya ke dalam rongga matanya. Bola matanya palsu.“Semua orang di dalam bar hampir mati tertawa.’ lelaki itu dapat bir gratis.“Lalu, lelaki itu berkata kepada pemilik bar, ‘Taruhan lagi segelas bir gratis, aku bisa menggigit bola mata kananku.’“Apa!’ seru pemilik bar. “Tidak mungkin matamu dua-duanya palsu! Taruhan!’“Lelaki itu mengeluarkan gigi palsunya dan menggigit mata kanannya dengan gigi itu.”Lelucon itu selalu berhasil. Woodrow tertawa sampai perutnya mau pecah.
di KebisuanDi kebisuan kitabiarkan hati saling bicaratanpa canda tawatanpa tatapan matatanpa sentuhan tanganDi kebisuan kitaBiarlah hati yang mewakilikeinginan untuk saling mengenalikeinginan untuk saling memahamikeinginan untuk bersama menggapaikesempurnaan diriDi kebisuan kitaBiarlah hati yang bicaradalam hening
Yang Membuat Sakura Masih Bertahan“Hai Sakura tumben nelpon”“Biasa nih. Ada sesuatu yang baru!”“Tentang pekerjaan yang mulai membuatmu tidak bersemangat itu?”“Yap. Tapi sekarang aku telah menemukan motivasi baru!”“Bukan karir dan bonus gede kan ?”“Bukan dong! Dua hal itu sudah kulupakan. Sekarang yang kukejar knowledge! knowledge!”“Hahaha! Akhirnya kamu menuju kesitu juga!”“Jujur saja, tinggal itu yang membuatku memiliki semangat kerja!. Nggak ada lagi yang lain”.Satu-satunya hal yang membuat Sakura masih bertahan pada pekerjaan sekarang adalah keinginan besarnya untuk mendapatkan knowledge untuk bekal masa depannya. Hanya knowledge yang membuatnya tidak bergeming saat ditawari pindah ke divisi lain ataupun perusahaan lain.
Turut Berduka CitaKala lidah kelutak bisa berucapwalau hanya untuk berkata‘Turut berduka cita”serasa harus sebrangi lautan baralengkap dengan naga-naga yang semburkan apiDuh diriku jangan terlalu pekaHembusan angin malam tidaksedingin yang kau kiraPanasnya terik matahari tidaksepanas magma di perut bumiDuhai mengapa kau berdiam diri di pinggir gelangganghanya menonton permainan.Buka mulutmu dan ucapkanlah kata-kata yang hendak kau ucapkan untuknya.
Langit Biru Membuatku RaguLangit biru membuatku raguKarena tak pernah ada mendung dan tak pernah berawan Hanya terkadang angin berhembus Sementara uap air yang membubung dari ketel-ketel yang kunyalakan tak pernah berbuah hujan. Langit biru membuatku ragu Karena hanya angin berhembus pertanda arti diriku bagi dirinya Tapi hujan yang kuharapkan walau hanya gerimis kecil tak kunjung datang.
Jauhkan dari Orang-orang SesatYa Allah Lindungilah aku dari pengaruh jahatorang-orang yang katanyaingin lakukan pembaruan agama tapi mengajakku menjauhi jalan-MuYa Allah Dekaplah akuagar bisikan-bisikan jahat untuk merelatifkan kebenaran ayat-ayat sucimuakan berlalu tanpa sedikitpunmembuatku ragu Ya Allah Tuntunlah akuke jalan cahaya-Mu agar orang-orang yang membujukku untuk rela hidup berdampingan dengan para penempuh jalan kegelapan tak sanggup belokkan langkahku. Ya Allah Nyalakan api cahaya-Mu di hati orang-orang yang mengaburkan batas jalan kebenaran dan jalan kesesatan, agar mereka berhenti mempromosikan dunia kegelapan sebagaidunia kebebasan
Tak Sudi Mengemis DamaiJangan ajari aku bersahabatdengan penjajah yang merampas negeri kamiJangan ajari aku menerima begitu sajakami diusir dan tak boleh kembaliJangan ajari aku hidup berdampingankalau tanah dan rumah kami belum kembaliJangan ajari aku menyimpan senapan dan bomJika mereka belum pergi dari negeri kamiJangan pernah ajari seorang Ksatriamengemis damai pada penjajah
Kemerdekaan Wilayah HatiApa yang dihadapi Bushdan pemerintahan boneka-nyadi Irak dan Afganistan saat ini adalahkenyataan pahit bahwawalaupun dirinya dan sekutunya mengunggulipara pejuang kemerdekaandalam hal kekayaan & persenjataandia hanya sanggup menjajah wilayah fisikdan tak pernah bisa menjajah wilayah hati
Keadilan bukan Masalah Rasa dalam HatiBukan yang congkak,bukan yang sombongyang disayangi handai dan tolan.Anak-anak yang tak pernah bohong,rajin bekerja, peramah dan sopan.
Adakah manusia super?
Pertanyaan itu sempat menari-nari dalam benakku beberapa waktu yang lalu. Namun kemudian meredup dan terlupakan. seorang teman menanyakan sesuatu yang membuatku teringat lagi akan hal itu.
Jadi, adakah manusia super? Bagaimana menurutmu? Masih relevankah ke-super hero-an dalam realitas hidup masa kini? Mungkinkah seseorang benar-benar menjadi manusia super?
Aku teringat pada masa-masa saat kurasa waktuku benar-benar bukan milik diri ini sendiri. Kadang-kadang aku merasa iri pada teman-teman lain yang bisa menghabiskan waktu untuk kepentingan pribadinya. Belajar sesuai SKS, bercengkrama dengan keluarga, ikut les-les bahasa atau alat musik, dan masih sempat jalan-jalan dengan teman, atau bahkan silaturahmi ke rumah saudara dan teman-teman lama.
Kala itu, bila semangatku mengendur dan langkah ini mulai terasa berat, pastilah aku akan dinasehati. ”Kita ini manusia super! Memang tidak sama dengan yang lain. Saat kamu memilih jalan ini ada konsekuensi yang harus dibayar.” Biasanya setelah itu, kemudian kuperbaiki semangat dalam dada ini dan kembali kulangkahkan kaki dengan langkah-langkah panjang dan cepat. Melupakan semua kemanusiaanku dan mencoba berubah wujud menjadi manusia super.
Banyak yang harus dilewatkan. Salah satu contoh adalah melewatkan kemesraan dengan keluarga. Dulu aku amat sangat jarang meluangkan waktu dengan mereka. Akhir pekan adalah waktu rapat, koordinasi, atau eksekusi program. Mana mungkin aku menyempatkan diri untuk pulang kampung? Begitu pikirku dulu. Bahkan pada akhir pekan yang panjang pun aku masih tetap berada di Bandung saat teman-teman dengan gembiranya menceritakan rencana mudik mereka. Libur semester? Cuma satu kali aku menikmati libur semester sesungguhnya, yaitu saat aku masih tingkat 1. Setelah itu, paling lama aku akan pulang 4-5 hari saja. Ayahku berkali-kali mengeluhkan hal ini, bahkan pada suatu ketika ia pernah berkata ”Kamu kalau Papa minta pulang pasti ada aja alasannya”, yang sungguh membuatku miris.
Dengan teman-teman seangkatanku juga begitu. Tanpa terasa banyak hal yang kulewatkan sehingga membuatku sering tertinggal berita. Hal ini baru kusadari sepenuhnya saat tahun terakhir di kampus ITB . Seringkali aku hanya dapat menghadiri acara-acara serius dan tidak memprioritaskan acara-acara keakraban di antara kami. Akibatnya aku banyak tidak aware dengan keadaan teman-teman. Mungkin kalau secara umum masih dapat mengikuti, tapi tidak secara khusus person per person.
Dalam kuliah.... hm... tahu sendiri lah... Kalau dibandingkan dengan teman-teman yang lain kemampuan akademikku termasuk standar. Eksplorasi yang kulakukan terhadap bidang studi juga tidak banyak. Nilai-nilaiku pun tak istimewa.
Sekarang, setelah aku berada di tingkat 4, aku kembali memikirkan semua hal di atas. Dan akhirnya kusadari bahwa aku telah melakukan kesalahan. Terlepas dari ada tidaknya manusia super, adalah tidak benar menanggalkan kemanusiaan seseorang dari dirinya.
Pada beberapa bulan terakhir ini kucoba memperbaiki beberapa hal. Hubungan dengan keluarga misalnya. Aku tidak pernah bermaksud mengabaikan mereka dari hidupku. Kepada merekalah aku akan kembali setelah ini Setidaknya aku ingin mereka tahu bahwa aku peduli dan benar-benar mencintai mereka. Alhamdulillah hal ini sudah semakin membaik hari demi hari.
Secara akademik, boleh dikatakan prestasiku meningkat drastis. Dan aku merasa lebih memahami apa yang sebenarnya kupelajari dari kuliah dibanding dahulu. Aku berusaha agar perasaan menyesal seperti ”aku dapet nilai jelek bukan karena bodoh atau kuliahnya emang aku gak bisa, melainkan cuma karena gak cukup belajar. Kalo aku bener-bener belajar, A mah kepegang” tak lagi menghantuiku.
Sedangkan yang paling sulit memang adalah memasuki dunia teman-teman seangkatanku yang lain. Mungkin aku sudah terlalu lama pergi sehingga kehilangan jejak dan tak bisa mengejar rombongannya. Memperbaiki hubungan dengan 83 orang lainnya memang bukan hal yang dapat dilakukan dalam sekejap mata. Semoga saja masih sempat kulakukan sebelum tiba masanya perpisahan kami.
Dan akhirnya, perenungan ini juga ditambah dengan beberapa hal lain yang menggelitik pemikiranku.
Keberadaanku di ambang masa pasca kampus juga membuat mata ini dapat melihat fenomena manusia-manusia super, yang ternyata tak sesuper dugaanku saat mereka harus berhadapan dengan realitas kehidupan. Saat di mana role model mu membuat pilihan-pilihan yang terasa tidak masuk akal dalam logika ke-super-an. Mengacaukan segala definisi super dalam kepalamu.
Mungkinkah bahwa yang kukira super lurus ternyata adalah kekakuan semata yang berada pada tempat yang tidak sesuai?
Aku tidak tahu apakah diriku memang salah didikan dalam memaknai ke-super-an, ataukah memang kita semua benar-benar cuma manusia biasa? Jika kita memang manusia biasa, seharusnya kita tak perlu malu untuk mengenakan pakaian kemanusiaan dengan tetap berlomba-lomba berbuat kebajikan. Bukankah itu esensi sesungguhnya? Karena kita manusia. Dengan aksi setajam pedang, tapi bukanlah pedang. Dengan kecepatan seperti peluru, tapi bukanlah peluru. Punya rasa, punya hati.
Kepura-puraan
Apakah pura-pura adalah sebuah dosa?
Tatkala kepura-puraan itu menyenangkannya
Tatkala kepura-puraan itu menyamankannya
Tatkala kepura-puraan itu melegakan hatinya
Jikalau gundah, kita torehkan senyum...
Jikalau sedih, kita kembangkan senyum...
Jikalau marah pun, kita berikan senyuman terindah...
Semuanya memang takkan berarti, jika kita tetap sakit
Semuanya memang takkan berarti, jika tanpa keikhlasan